Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenang Pabrik Gula Madukismo, Sayang Riwayatnya Tak Semanis Gulanya


Kulinerasik.com - Kebanyakan orang mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta dahulu kala terdapat banyak pabrik gula. Dengan luas daerah yang tidak begitu besar, wilayah ini memiliki 17 pabrik gula, yakni PG. Randugunting, PG. Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Wonocatur, PG. Padokan, PG. Bantul, PG. Barongan, PG. Sewu Galur, PG. Gondanglipuro, PG. Pundong, PG. Gesikan, PG. Rewulu, PG. Demakijo, PG. Cebongan, PG. Beran, PG. Medari, dan PG. Sendangpitu.
Pabrik Gula Madukismo
Namun pada jaman mallaise atau lebih disebut jaman meleset yakni suplai gula dunia berlebih maka banyak pabrik tersebut yang tutup. Setelah ada kesepakatan perdagangan tahun 1931 yang terkenal dengan “Charbourne Agreement” yang berdampak pada pengurangan produksi gula termasuk di Yogyakarta dari sekitar 3 juta ton menjadi 1,4 juta ton per tahun. Akhirnya dari 17 pabrik gula hanya tersisa 8 pabrik, yakni PG. Tanjungtirto, PG. Kedaton Pleret, PG. Padokan, PG. Gondanglipuro, PG. Gesikan, PG. Beran, PG. Medari. Namun sayang saat agresi militer ke II tahun 1948 semua bangunan pabrik tersebut dibumi hanguskan dan rata dengan tanah, tapi masih ada beberapa yang menyisakan temboknya saja. Pada tahun 1955 diatas bangunan pabrik gula Padokan yang turut dibumi hanguskan dibangun PG-PS Madukismo atas prakarsa Sri Sultan Hamengku Buwono ke-IX dan diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden RI pertama yakni Ir. Soekarno dan mulai berproduksi tahun itu juga.
Mengenang Pabrik Gula Madukismo, Sayang Riwayatnya Tak Semanis Gulanya
Jika kita ingin menikmati keberadaan pabrik gula Madukismo dapat mengikuti paket agrowisata Madukismo, namun kita harus registrasi beberapa hari sebelumnya karena tidak setiap saat diadakan. Paket agrowisata Madukismo ini menawarkan wisata yang sangat bermanfaat sebagai edukasi dan menyadarkan bahwa ternyata proses untuk menjadi gula yang manis yang kita komsumsi melalui proses yang panjang. Mulai dari penanam pohon tebu hingga berumur sekitar 1 tahun agar mencapai kemasakan yang optimal dan melalui proses penggilingan untuk pemerahan nira yang mendapatkan sari gula, kemudian pemurnian nira dengan sulfitasi lalu penguapan nira, kristalisasi, puteran gula dan pengemasan, dan gula putih yang manis dan higienis siap di jual.

Hal unik yang ditawarkan dari paket agrowisata ini adalah kita bisa menikmati menggunakan kereta tua bermesin diesel buatan jerman dari gedung madu Chandya sebagai tempat dimana kita dapat mendaftar untuk mengikuti paket wisata ini, jaraknya dari pabrik sendiri kurang lebih 500 m. jika kita berkunjung pada saat masa giling yakni pada bulan Mei sampai September maka kita akan dapat menyaksikan secara langsung proses-proses yang dilakukan.

Hal lain yang bila kita sempat menyaksikan pada awal musim giling tersebut maka kita dapat menyaksikan upacara ritual Cembengan, yakni upacara untuk memohon kepada yang kuasa agar selama proses giling tidak mengalami kendala, pada tradisi ini dapat kita saksikan Kirab Tebu Temanten serta pengilingan pertama. Banyak acara kesenian ditampilkan selama acara Cembengan ini salah satunya pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pabrik ini secara administrasi berada di Desa Padokan, Tirtonirmolo Kasihan, Bantul. Area ini juga berdekatan dengan Desa wisata Kasongan, Goa Selarong atau pun Padepokan Bagong Kusudiardja.

Posting Komentar untuk "Mengenang Pabrik Gula Madukismo, Sayang Riwayatnya Tak Semanis Gulanya"